Berdasarkan Peraturan Presiden no. 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting dilaksanakan melalui intervensi spesifik dan sensitif. Intervensi spesifik merupakan intervensi gizi lintas program kesehatan yang menyasar penyebab langsung stunting antara lain kurangnya asupan makanan dan gizi serta penyakit infeksi. Intervensi sensitif merupakan intervensi yang dilaksanakan oleh lintas sektor kesehatan, antara lain peningkatan penyediaan air bersih dan sanitasi, peningkatan akses pangan bergizi, dan sebagainya. Atas dasar itulah Pemerintah melalui Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengadakan Pertemuan Penurunan Stunting dengan Intervensi Spesifik di Hotel Shangri-La pada Selasa-Rabu (11-12 Juli 2023). Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Dr. Erwin Astha Triyono, dr., Sp.PD., KPTI. Dalam sambutannya Erwin menyampaikan bahwa dalam kurun waktu 2007 sampai dengan 2022 secara umum kasus stunting di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan. Demikian juga untuk wilayah Jawa Timur. Untuk Kabupaten Ngawi sendiri di tahun 2022 kasus stunting berada di angka 28,5 atau berada di peringkat 36 tertinggi se Jawa Timur. Hal ini mendapat perhatian khusus dari pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten Ngawi khususnya. Perlu evaluasi dan inovasi untuk dapat menekan kasus stunting di Kabupaten Ngawi. Disampaikan pula oleh Kadinkes Provinsi jatim dalam bentuk matrik bahwa jumlah balita stunting di Kabupaten Ngawi pada lima bulan terakhir sejak Januari sampai dengan Mei 2023 mengalami tren yang fluktuatif. Artinya pada Januari ke Februari terdapat kenaikan, sedangkan dari Februari ke Maret kembali mengalami kenaikan lagi, demikian juga Maret ke April mengalami penurunan dan cenderung naik pada Mei 2023. Dengan tren tersebut Kadinkes menghendaki kenaikan penurunan jumlah balita stunting segera dihubungkan dengan indikator proses untuk mencari daya ungkit mana yang perlu diintervensi. Beberapa pemicu terjadinya kasus stunting antara lain karena adanya pola asuh yang salah. Banyak keluarga yang mampu kemudian menitipkan pengasuhan anaknya pada pengasuh tanpa penerapan pola asuh yang baik dan sehat. Pemicu kedua karena kemiskinan yang ekstrim, sehingga tidak mampu memenuhi nutrisi yang dibutuhkan anak karena ketidak mampuan faktor ekonomi. “Selain itu adanya infeksi penyakit bawaan juga sangat mempengaruhi terjadinya stunting”, kata Erwin menambahkan. Turut hadir dalam kegiatan tersebut DR. dr. Nur Aisiyah Widjaja,SpA(K), Staf Departemen Ilmu Kesehatan Anak- Konsultan Nutrisi Anak & Penyakit Metabolik FK.Unair/RSUD.Dr.Soetomo Surabaya sebagai narasumber, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota se Jawa Timur, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa se Jawa Timur dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah se Jawa Timur.(PPM)