Diseminasi Riset Ikan Air Tawar (Nila Sultana dan Lele Sangkuriang), sebuah potensi usaha untuk kaum milenial

Usaha di bidang perikanan bisa menjadi instrumen investasi dan usaha dagang yang menjanjikan bila dilakukan dengan serius. Alasannya karena usaha di bidang perikanan bukanlah bisnis musiman yang hanya meraup keuntungan pada periode tertentu saja. 

Usaha di bidang perikanan memiliki cakupan yang begitu besar, sehingga banyak ranah usaha yang dapat dirintis di bidang ini. Ada banyak peluang usaha perikanan yang menjanjikan, baik dari bidang budidaya dan pengolahannya.

Budidaya ikan air tawar memiliki potensi bisnis yang cukup menjanjikan. Setiap tahunnya terjadi peningkatan angka konsumsi ikan di Indonesia. Saat ini, angka konsumsi ikan sebesar 56,48 kg/kapita (Data Angka Konsumsi Ikan Nasional Tahun 2022). Ke depannya, pemerintah menargetkan angka konsumsi ikan sebanyak 62,5 kg/kapita di tahun 2024.

Kamis, 31 Agustus 2023, dalam sesi belajar bersama Bappeda, PD terkait dan Peternak Milenial Ngawi dengan Analis Akuakultur Ahli Muda Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi, Jaka Trenggana, S.Pi, dibahas bagaimana permasalahan yang sering dihadapi oleh pembudidaya ikan air tawar, khususnya ikan air tawar hasil riset dari Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPAT) Sukabumi.

Hasil riset BBPAT Sukabumi yang sesuai dengan iklim perairan Kabupaten Ngawi, antara lain adalah ikan Nila Sultana dan Lele Sangkuriang II.

Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi mengembangkan Lele Sangkuriang varietas baru hasil persilangan antara lele dari Sungai Nil, Afrika dengan lele Sangkuriang I guna menjaga kualitas genetik. Lele varietas baru ini kami namakan lele Sangkuriang II yang merupakan pengembangan teknologi perikanan dari lele Sangkuriang I untuk menjaga kualitas genetiknya.
Dijelaskannya, lele Sangkuriang II ini merupakan perkawinan antara induk pejantan ke VI lele Sangkuriang I dengan betina induk ke II lele dari Afrika, penelitian yang dilakukan oleh para ahli dalam beberapa tahun akhirnya menghasilkan lele Sangkuriang II.

Lebih lanjut, kelebihan dari lele Sangkuriang II dibandingkan dengan lele Sangkuriang I adalah masa panen pada pembesaran lebih cepat, pemijahan yang menghasilkan telur lebih banyak, lebih tahan penyakit dan ukurannya yang lebih besar. Bibit lele dari Afrika ini bisa mencapai 7 kg, dan diharapkan bisa mengahasilkan keturunan yang berukuran besar dari hasil persilangan ini dan ternyata benar kualitas anakan dari hasil pemijahan ini sangat bekualitas dan bias menjaga genetik ika lele” jelas Jaka Trenggana.

Varietas baru ikan lele Sangkuriang ini kemudian dikembangkan dengan uji coba multilokasi untuk mengetahui apakah lele ini bisa beradaptasi dengan lokasi barunya yang tentunya kadar airnya berbeda.

Dari hasil perhitungan ukuran lele Sangkurian II aka lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya atau lele Sangkuriang I, dan pertumbuhannya juga lebih cepat 10 persen. Lebih lanjut, tujuan dikembangkannya varietas baru lele Sangkuriang ini karena genetik dari lele dumbo yang merupakan cikal bakal induk lele Sangkuriang kualitasnya terus menurun. Penurunan kualitas ini disebabkan oleh perkawinan sekerabat yang menghasilkan benih yang kurang berkualitas dan penggunaan induk dengan kualitas rendah.

Spesies lain yang disajikan dalam diseminasi riset ini adalah Nila Sultana. Ikan nila (Oreochromis niloticus) varietas baru hasil penelitian Balai Besar Pengembangan Sumber Daya Air Tawar (BBPABT) yang diberi nama Nila Sultana saat ini menjadi andalan baru karena memiliki keunggulan dari nila lainnya.

Diberi nama Sultana karena merupakan singkatan dari Seleksi Unggul Salabintana, ikan nila ini memeliki beberapa keunggulan dari nila-nila lainnya seperti daya tahan tubuh yang bagus, telurnya yang lebih banyak dan pertumbuhannya yang cukup cepat. Ikan nila ini untuk sementara menjadi ikon baru BBPAT.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki genetika reproduksi yang setiap tahunnya mengalami penurunan kualitas akibat perkawinan yang tidak teratur sehingga tidak jelas genetiknya. Maka dari itu, untuk mengantisipasi hal tersebut terjadi untuk penjualan bibitnya kami selalu sertakan surat keterangan asal dan terdata serta mengirimkan pendamping atau penyuluh agar bibitnya nila ini tidak dikawinkan secara bebas dengan varietas lainnya.

Jaka Trenggana menambahkan, dari satu bibit ukuran 3 kg busa menghasilkan anakan kurang lebih 539 ekor. Untuk SR (survival rate) mencapai 95 persen pertumbuhannya 3,67-4,25 persen setiap harinya dan tahan dari berbagai penyakit.
“Kami pun sudah melakukan penelitian dengan cara memelihara ikan nila Sultana ini di beberapa daerah, ternyata ikan tersebut lebih cepat menyesuaikan diri dengan alam barunya dan ini pun menjadi keunggulan dari nila sultana,” kata Jaka.

Scroll to Top