Ngawi, 9 Oktober 2023 – Awal bulan lalu Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data kondisi inflasi nasional untuk bulan September 2023, mengungkapkan bahwa tingkat inflasi pada bulan tersebut berada pada angka 2,28 persen. Meskipun angka ini menunjukkan penurunan signifikan jika dibandingkan dengan tingkat inflasi tahun sebelumnya yang mencapai 5,35 persen, tantangan dalam mengelola inflasi masih tetap ada.
Beberapa komoditas terus menjadi penyumbang inflasi, menggambarkan tantangan yang dihadapi pemerintah. Sampai saat ini beras masih menjadi penyumbang andil Inflasi terbesar. Peningkatan harga beras adalah akibat dari kondisi kekeringan yang disebabkan oleh fenomena El-Nino. Sebagai komoditas penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kenaikan harga beras berdampak pada beban konsumen dan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, gula pasir juga menjadi salah satu penyumbang inflasi, dengan kenaikan harga yang terjadi. Kenaikan harga ini dapat memengaruhi sektor makanan dan minuman serta kebutuhan harian lainnya.
Tidak hanya itu, jagung pipil juga mengalami kenaikan harga, yang berdampak pada kenaikan biaya produksi untuk industri peternakan. Ini dapat mempengaruhi rantai pasokan makanan dan harga produk-produk peternakan.
Harga Bawang Putih yang bulan lalu menjadi komoditas dengan kenaikan IPH tinggi dan menjadi perhatian pemerintah untuk melakukan berbagai intervensi saat ini telah mencapai titik harga yang stabil. Hal ini membuktikan upaya pemerintah cukup efektif.
Meskipun terdapat tantangan dalam mengelola inflasi, data penurunan inflasi pada bulan ini memberikan sedikit nafas lega. Pemerintah akan terus bekerja keras untuk menjaga stabilitas harga dan mengurangi dampaknya pada kesejahteraan masyarakat. Pencegahan dan mitigasi dampak kenaikan harga komoditas yang rentan perlu menjadi fokus dalam upaya menjaga inflasi tetap terkendali di masa depan.