Ruang Bertutur 025

Romantisme Vulkanik : Ngawi Permata Geologi di Kawasan Kendeng

Di zaman purba, jauh sebelum manusia menapakkan kakinya di bumi, sebuah kehidupan dari dalam bumi mendorong terjadinya aktivitas vulkanik. Letusan besar dari perut bumi memuntahkan lava yang panas, abu vulkanik, dan gas beracun ke udara, menciptakan pemandangan yang luar biasa mengerikan namun indah.

Lava yang mengalir membentuk lapisan-lapisan bebatuan yang kemudian mengeras dan membentuk landasan bagi kehidupan di masa depan. Sebuah proses keilmuan geologi yang mencengangkan.

Ribuan tahun kemudian, manusia mulai menghuni wilayah sekitar daerah aktivitas vulkanik yang telah mendingin. Mereka adalah kelompok pemburu dan pengumpul yang hidup dari alam. Saat itu, mereka menemukan berbagai jenis batuan vulkanik yang keras dan tajam di sekitar gunung. Batu-batu ini ternyata sangat berguna sebagai alat untuk memotong, berburu, dan membuat peralatan sehari-hari.

Salah satu batuan yang paling berharga adalah obsidian, kaca vulkanik yang hitam dan berkilauan. Orang-orang zaman itu mulai mengasah obsidian menjadi pisau, mata panah, dan alat-alat lainnya. Penemuan ini menjadi awal mula perkembangan budaya alat batu yang signifikan.

Seiring berjalannya waktu, manusia mulai merenungkan kekuatan gunung yang mereka yakini sebagai tempat tinggal para dewa. Mereka mengembangkan berbagai mitos dan cerita tentang asal-usul gunung dan bagaimana letusan vulkanik menciptakan dunia di sekitarnya. Dalam setiap letusan, mereka melihat tanda-tanda dari para dewa, entah itu kemurkaan atau berkah.

Upacara-upacara dan ritual mulai dibentuk untuk menghormati gunung dan para dewa yang diyakini tinggal di dalamnya. Mereka membangun altar sederhana dari batuan vulkanik dan mempersembahkan korban berupa hasil bumi dan hewan buruan. Gunung Agung menjadi pusat spiritual dan budaya yang penting. Ini adalah cikal bakal kepercayaan / agama.

Dengan adanya alat-alat dari batuan vulkanik, manusia mampu meningkatkan kemampuan bertani dan berburu mereka. Mereka mulai menetap dan membangun pemukiman yang lebih permanen. Pertanian berkembang pesat berkat tanah vulkanik yang subur, yang berasal dari abu gunung berapi yang kaya akan mineral.

Komunitas ini mulai berinteraksi dengan kelompok lain, menukar barang dan pengetahuan. Mereka membangun jalur perdagangan yang menghubungkan desa-desa di sekitar gunung, menjadikan Kawasan Gunung Vulkanik sebagai pusat perdagangan regional.

Generasi demi generasi, cerita tentang letusan besar dan pembentukan batuan vulkanik diwariskan. Budaya yang kaya ini tetap hidup dalam bentuk tarian, lagu, dan ritual yang melibatkan gunung. Orang-orang memahat patung dan ukiran dari batuan vulkanik, menciptakan karya seni yang menggambarkan mitos dan cerita leluhur mereka. Sebuah cerita tentang budaya manusia.

Masyarakat modern mengakui nilai sejarah dan budaya ini. Mereka mengembangkan situs wisata yang menampilkan peninggalan-peninggalan arkeologis, artefak obsidian, serta mempromosikan ritual-ritual kuno yang masih dipertahankan. Wisatawan dari berbagai penjuru dunia datang untuk menyaksikan keindahan alam gunung dan mempelajari budaya unik yang tumbuh dari abu vulkanik.

Gunung Vulkanik tidak hanya menjadi saksi bisu dari letusan-letusan yang dahsyat, tetapi juga menjadi fondasi dari sebuah peradaban yang kaya akan sejarah, mitos, dan budaya yang memikat. Para wisatawan membawa pulang kisah-kisah menakjubkan ini, menjadikan Gunung Vulkanik sebagai destinasi wisata yang tak terlupakan. Potensi pariwisata yang luar biasa hebat untuk menggerakan ekonomi daerah.

Dari cerita indah berbasis sejarah, apakah Ngawi yang merupakan Kawasan Kendeng dapat bergeliat menceritakan romantismenya dalam filosofi kevulkanikan? Menarik untuk terus ditelusur melalui penelitian pergeologian bukan?

Di jantung Pulau Jawa, tersembunyi sebuah daerah yang memancarkan pesona alam dan keindahan geologi yang luar biasa. Ngawi, sebuah kabupaten yang terletak di bagian barat Provinsi Jawa Timur, menjadi pintu gerbang bagi kawasan Kendeng yang mempesona. Kawasan Kendeng dikenal sebagai wilayah pegunungan yang membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, dengan kekayaan geologi yang mengagumkan.

Ngawi, yang dikenal dengan sejarahnya yang kaya dan budaya yang mendalam, juga merupakan tempat di mana keajaiban geologi menunggu untuk ditemukan. Berjalan di kawasan ini, kita akan disambut oleh lanskap yang beraneka ragam, mulai dari perbukitan kapur hingga lembah subur yang terbentang luas.

Ngawi tak jarang disebut sebagai surga bagi para geolog dan pecinta alam. Kawasan ini merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng yang kaya akan formasi batuan kapur. Batuan kapur di sini terbentuk dari endapan laut purba yang berusia jutaan tahun. Proses tektonik dan erosi yang berlangsung selama ribuan tahun telah membentuk lanskap yang unik dan menakjubkan.

erbagai proses geologi ini dapat menjadi potensi wisata yang luar biasa, bahkan dimungkinkan pula penelusuran terhadap temuan rembesan mineral dari perut bumi, missal minyak, sebagaimana kabupaten tetangga, Bojonegoro dan Blora.

Sebuah keniscayaan, ngawi kedepannya harus mengelola potensi geologinya sebagai Kawasan geopark, sebuah kawasan yang menggabungkan keunikan geologi dengan tujuan konservasi, pendidikan, dan pembangunan berkelanjutan.

Melalui geopark, masyarakat dapat lebih menghargai dan memahami warisan geologi sambil menikmati manfaat ekonomi dan sosial yang dihasilkan. Dengan pengelolaan yang baik, geopark berperan penting dalam melestarikan warisan bumi kita dan mendukung kesejahteraan perekonomian masyarakat.

#Ngawi menuju Kawasan Geopark
#Salam Riset
#Salam Ekonomi Bangkit

 

Scroll to Top