Ngawi – Pada 5 September 2024, Kabid dan JFT Bidang Perekonomian Kabupaten Ngawi mengikuti diskusi daring bersama Bappeda Provinsi Jawa Timur melalui platform Zoom. Pertemuan ini membahas tindak lanjut dari permintaan Kabupaten Ngawi untuk berpartisipasi dalam Program Peti Koin Bermantra, sebuah inisiatif pemberdayaan ekonomi yang kolaboratif dan berkelanjutan.
Program Peti Koin Bermantra, atau Pemberdayaan Ekonomi Kolaborasi Inklusif Berkelanjutan, Mandiri, dan Sejahtera, bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah, sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan komunitas lokal. Fokus utama program ini adalah menciptakan ekosistem ekonomi yang inklusif dan mandiri, serta memberdayakan kelompok rentan, termasuk perempuan, penyandang disabilitas, dan masyarakat pedesaan.
Dalam pelaksanaannya, program ini mencakup beberapa aspek utama:
1. Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi : Membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM).
2. Kolaborasi dan Inklusi : Melibatkan sektor swasta, pemerintah, dan komunitas dalam perencanaan dan pelaksanaan program, memastikan keterlibatan semua pihak.
3. Kemandirian Ekonomi : Masyarakat didorong untuk membangun usaha mandiri melalui pelatihan keterampilan, akses modal, dan pendampingan usaha.
4. Keberlanjutan : Fokus pada pengembangan usaha yang ramah lingkungan dan mampu bertahan dalam jangka panjang.
Program ini akan diimplementasikan melalui beberapa tahap, dimulai dengan pemetaan potensi lokal di Kabupaten Ngawi, pelatihan keterampilan, hingga akses modal dan pemasaran yang terintegrasi dengan teknologi digital. Adanya evaluasi dan monitoring secara berkala juga diharapkan mampu memastikan dampak positif yang berkelanjutan dari program ini.
Kabupaten Ngawi berharap partisipasi dalam Program Peti Koin Bermantra dapat membantu mengurangi ketimpangan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Tantangan seperti akses modal dan infrastruktur yang terbatas akan menjadi fokus untuk diatasi agar implementasi program ini dapat berjalan dengan baik.