TPID Kabupaten Ngawi Ikuti Rapat Daring Pengendalian Inflasi Daerah, Bahas Strategi Kendalikan Kenaikan Harga saat HBKN 2025

Ngawi, 14 April 2025Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Ngawi, termasuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), mengikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah secara daring yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri. Rapat ini difokuskan pada evaluasi perkembangan inflasi hingga Maret 2025 serta perumusan strategi untuk menjaga stabilitas harga di tingkat daerah maupun nasional.

Tinjauan Inflasi Maret 2025

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulanan (month-to-month) Maret 2025 sebesar 1,65%, mengalami kenaikan signifikan dibanding Februari yang mengalami deflasi 0,48%. Inflasi tahunan (year-on-year) tercatat 1,03%, sedangkan inflasi tahun kalender (year-to-date) mencapai 0,39%.

Kontributor terbesar inflasi adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,37%, diikuti kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,07%, sementara kelompok transportasi mengalami deflasi 0,01%.

Komponen Utama Inflasi

Inflasi bulan Maret didorong oleh tiga komponen utama:

  • Komponen Inti (Core): Kenaikan dipicu oleh tingginya permintaan konsumen.

  • Komponen Bergejolak (Volatile Food): Dipengaruhi fluktuasi harga bahan pangan, seperti cabai rawit, bawang merah, dan daging ayam ras.

  • Komponen Harga yang Diatur Pemerintah (Administered Prices): Terutama disebabkan oleh kenaikan tarif listrik sebesar 1,18%.

Komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap inflasi antara lain:

  • Bawang Merah: 0,11%

  • Cabai Rawit: 0,06%

  • Ikan Segar: 0,06%

Distribusi Inflasi Berdasarkan Wilayah

Wilayah Papua Pegunungan mencatat inflasi tahunan tertinggi sebesar 8,05%, sementara DI Yogyakarta menjadi wilayah dengan inflasi terendah di Pulau Jawa sebesar 0,52%. Beberapa daerah seperti Bengkulu dan Papua Barat bahkan mencatat deflasi, masing-masing sebesar 0,22% dan 0,23%.

Strategi Pengendalian TPID Kabupaten Ngawi

Dalam rapat ini, TPID Kabupaten Ngawi menyampaikan dukungan penuh terhadap strategi pengendalian inflasi nasional, serta merumuskan langkah-langkah konkret di tingkat daerah, antara lain:

  • Pengelolaan Distribusi: Menjamin kelancaran distribusi komoditas utama di seluruh wilayah Ngawi.

  • Intervensi Pasar: Mengendalikan harga komoditas strategis yang melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET).

  • Penguatan Stok Pangan: Bekerja sama lintas sektor untuk menjaga ketersediaan bahan pokok dan mengantisipasi lonjakan permintaan.

Sebagai bagian dari TPID, Bappeda Kabupaten Ngawi juga berperan aktif dalam mengintegrasikan strategi pengendalian inflasi ke dalam rencana pembangunan daerah agar selaras dengan kebutuhan masyarakat.

Faktor Penyebab Inflasi

BPS memaparkan bahwa inflasi bulan ini dipicu oleh dua faktor utama:

  • Cost-Push Factors: Termasuk fluktuasi harga komoditas global, pelemahan nilai tukar rupiah, dan gangguan rantai pasokan.

  • Demand-Pull Factors: Lonjakan permintaan selama Ramadan dan Idulfitri, serta peningkatan belanja pemerintah.

Komoditas Penyumbang Inflasi

Komoditas yang mendapat perhatian khusus dalam rapat ini meliputi:

  • Bawang Merah: Mengalami kenaikan harga di 78,61% wilayah Indonesia, dengan harga rata-rata nasional di atas Harga Acuan Penjualan (HAP).

  • Cabai Rawit: Walaupun harganya menurun 6,15%, komoditas ini tetap memberi andil terhadap inflasi secara umum.

  • Tarif Listrik: Memberi kontribusi signifikan terhadap inflasi melalui komponen administered prices.

Scroll to Top