Ngawi, 16 Juni 2025 – Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Ngawi hari ini mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) TPID secara daring yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) bersama seluruh Pemerintah Daerah di Indonesia. Rakor ini secara khusus meninjau inflasi dan Indeks Perkembangan Harga (IPH) pada minggu kedua Juni 2025, dengan fokus pada kondisi pasca-Hari Raya Iduladha yang baru saja berlalu pada 6 Juni 2025.
Evaluasi Inflasi Pasca-Iduladha: Deflasi di Tahun 2024 Menjadi Sorotan
Rakor menyoroti pola inflasi pada momen Hari Raya Iduladha. Secara umum, pada periode Iduladha tahun 2021-2023 terjadi inflasi. Namun, hal menarik terjadi pada Hari Raya Iduladha tahun 2024 di mana justru terjadi deflasi. “Secara historis tahun 2021-2024, tingkat inflasi pada momen Hari Raya Iduladha biasanya lebih rendah dibandingkan momen Ramadan dan Hari Raya Idulfitri,” jelas narasumber dalam rakor. Pengecualian terjadi pada tahun 2022, di mana tingkat inflasi momen Hari Raya Iduladha lebih tinggi dibandingkan momen Hari Raya Idulfitri.
Dampak Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau pada Inflasi Iduladha
Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau kerap menjadi penyumbang inflasi tertinggi pada bulan-bulan Iduladha, kecuali pada Juni 2024. Pada Juni 2024, kelompok ini justru mendorong terjadinya deflasi yang signifikan. Deflasi pada kelompok ini didorong oleh penurunan harga bawang merah, tomat, daging ayam ras, dan telur ayam ras. Lebih lanjut, menurut kelompok komponen, komponen inti selalu memberikan andil inflasi, sedangkan komponen bergejolak menunjukkan inflasi pada 2021-2023 tetapi mengalami deflasi pada 2024.
Komoditas Penyumbang Inflasi: Cabai dan Beras Tetap Perlu Diwaspadai
Dari sisi komoditas penyumbang andil inflasi pada momen Hari Raya Iduladha, komoditas pada komponen bergejolak dominan memberikan andil inflasi. Cabai rawit dan cabai merah dominan memberikan andil inflasi terbesar pada momen Hari Raya Iduladha tahun 2021-2024. Adapun pada Mei 2025, komoditas pada komponen bergejolak yang menyumbang andil inflasi antara lain tomat, beras, dan ketimun.
Indeks Perkembangan Harga (IPH) Minggu Ke-2 Juni 2025
Berdasarkan data Sistem Pencatatan dan Pelaporan Kebutuhan Pokok (SP2KP) hingga 13 Juni 2025, yang mencakup periode pasca-Iduladha, terdapat 14 provinsi yang mengalami kenaikan IPH, 1 provinsi stabil, dan 23 provinsi yang mengalami penurunan IPH dibandingkan bulan sebelumnya. Secara nasional, jumlah kabupaten/kota yang mengalami penurunan IPH pada minggu kedua Juni 2025 lebih banyak dibandingkan kabupaten/kota yang mengalami kenaikan IPH.
“Meskipun demikian, jumlah kabupaten/kota yang mengalami kenaikan IPH bertambah dari minggu sebelumnya, dan komoditas penyumbang andil kenaikan IPH terbesar di 14 provinsi tersebut adalah beras dan daging ayam ras,” papar narasumber.
Di Pulau Jawa, kenaikan IPH tertinggi terjadi di Kabupaten Lamongan dengan nilai perubahan IPH sebesar 3,20%. Komoditas penyumbang andil kenaikan IPH terbesar di 10 wilayah tersebut didominasi oleh cabai merah, cabai rawit, dan daging ayam ras. Sementara itu, di luar Pulau Jawa dan Sumatera, kenaikan IPH tertinggi tercatat di Kabupaten Donggala dengan nilai perubahan IPH 3,57%. Komoditas penyumbang andil kenaikan IPH terbesar di 10 wilayah ini didominasi oleh beras dan daging ayam ras.
Update Harga Komoditas Pokok Nasional Per 14 Juni 2025
Rakor juga memaparkan kondisi harga komoditas pokok secara nasional per 14 Juni 2025:
- Beras: Rata-rata harga beras di zona 1 pada minggu kedua Juni 2025 berada dalam rentang Harga Eceran Tertinggi (HET) dan secara umum naik 0,89% dibanding Mei 2025.
- Minyak Goreng: Secara umum, harga minyak goreng hingga minggu kedua Juni 2025 turun 0,14% dibanding Mei 2025. Namun, data SP2KP menunjukkan 432 dari 491 kabupaten/kota (termasuk 100 di Pulau Jawa dan 332 di luar Jawa) memiliki harga Minyakita di atas Rp15.700/liter.
- Bawang Putih: Rata-rata harga bawang putih berada di atas Harga Acuan Penjualan (HAP), meskipun secara umum turun 5,88% dibanding Mei 2025. Harga tertinggi tercatat di Kabupaten Intan Jaya, Puncak, dan Puncak Jaya.
- Telur Ayam Ras: Rata-rata harga telur ayam ras berada di atas HAP, namun secara umum turun 0,10% dibanding Mei 2025. Kabupaten Mamberamo Tengah, Puncak Jaya, dan Intan Jaya mencatat harga tertinggi.
- Daging Ayam Ras: Rata-rata harga daging ayam ras berada di bawah HAP, namun secara umum naik 1,08% dibanding Mei 2025. Kenaikan harga terjadi di 44,17% wilayah di Indonesia, dengan harga tertinggi di Kabupaten Intan Jaya dan Pegunungan Bintang.
- Cabai Merah: Rata-rata harga cabai merah berada dalam rentang HAP dan secara umum turun 5,74% dibanding Mei 2025. Penurunan harga terjadi di 62,50% wilayah di Indonesia. Kabupaten Mappi dan Puncak Jaya mencatat harga tertinggi.
- Cabai Rawit: Rata-rata harga cabai rawit berada dalam rentang HAP dan secara umum turun 6,45% dibanding Mei 2025. Penurunan harga terjadi di 50,83% wilayah di Indonesia. Kabupaten Puncak, Mappi, Asmat, dan Intan Jaya memiliki harga tertinggi.
- Bawang Merah: Rata-rata harga bawang merah berada dalam rentang HAP dan secara umum turun 2,62% dibanding Mei 2025. Penurunan harga terjadi di 59,16% wilayah di Indonesia. Kabupaten Intan Jaya, Puncak, Puncak Jaya, Lanny Jaya, dan Pegunungan Bintang mencatat harga tertinggi.
Rakor ini menjadi landasan penting bagi TPID Kabupaten Ngawi untuk terus memantau dan mengambil langkah-langkah strategis dalam menjaga stabilitas harga komoditas pokok di wilayahnya, terutama setelah momen Iduladha 2025.