Ngawi – Pemerintah Kabupaten Ngawi melalui Inspektorat terus mendorong akuntabilitas inovasi daerah, salah satunya lewat program kesehatan GERDU BERTASBIH (Gerakan Terpadu Bersama Berantas Tuberculosis). Dengan dukungan penuh dari Bappeda, inovasi ini menjadi gebrakan penting dalam menurunkan angka kasus Tuberkulosis (TBC) yang masih tinggi dan kerap dianggap sebagai penyakit memalukan di masyarakat.

Inovasi GERDU BERTASBIH lahir dari kerja sama lintas sektor di Puskesmas Walikukun. Program ini mengubah pola penanganan TBC dari yang pasif menjadi aktif, dengan pendekatan jemput bola langsung ke rumah warga. Mulai dari edukasi door to door, skrining di posyandu, pemeriksaan kontak erat pasien, hingga pemantauan lingkungan rumah, semua dilakukan agar penularan bisa ditekan sejak dini. Bahkan, penyintas TBC dilibatkan sebagai motivator agar pasien lain semangat menjalani pengobatan sampai tuntas.
Data awal menunjukkan hasil yang menggembirakan: capaian penemuan kasus TBC naik signifikan, pelayanan pasien sesuai standar mencapai lebih dari 100 persen, dan tingkat keberhasilan pengobatan menembus angka 97 persen. Hal ini membuktikan bahwa pendekatan berbasis komunitas mampu menjangkau lebih banyak warga dan sekaligus mematahkan stigma bahwa TBC adalah penyakit kutukan atau guna-guna.

Inspektorat Kabupaten Ngawi menilai GERDU BERTASBIH bukan hanya inovasi kesehatan, tetapi juga wujud pelayanan publik yang transparan, akuntabel, dan berkelanjutan. Bappeda pun menegaskan bahwa inovasi ini selaras dengan pembangunan sumber daya manusia yang sehat dan produktif. Dengan semangat gotong royong, Ngawi optimistis mampu membuktikan bahwa melawan TBC bisa dilakukan bersama-sama—tentu saja tanpa perlu jampi-jampi.