Ngawi, 7 Oktober 2025 — Dalam kegiatan BRIN Menyapa BRIDA (BMB) Edisi #15, Dr. rer. nat. apt. Chaidir dari Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional BRIN memaparkan urgensi penguatan rantai pasok tanaman obat untuk mendukung industri jamu dan obat herbal nasional. Industri ini tumbuh impresif 8,01% dengan nilai pasar mencapai IDR 20,4 triliun dan ekspor menembus USD 639 juta. Namun, tantangan utama masih ada: mutu bahan baku yang tidak konsisten, pasokan tidak berkelanjutan, dan dominasi bahan liar tanpa standarisasi.

Tujuan kegiatan ini adalah membangun sistem yang terintegrasi dari hulu ke hilir—meliputi riset etnofarmakologi, seleksi benih unggul, budidaya, pascapanen, teknologi ekstraksi, hingga pengembangan produk fitofarmaka berbasis saintifikasi jamu. Melalui dukungan riset dan inovasi BRIN, setiap daerah diharapkan dapat menjadi sentra produksi tanaman obat spesifik, memperkuat bioekonomi nasional dan menjamin kemandirian bahan baku obat herbal.

Manfaat strategis dari program ini tidak hanya memperkokoh posisi Indonesia sebagai lumbung hayati dunia, tetapi juga membuka jalan menuju industrialisasi jamu modern dengan standar mutu, keamanan, dan khasiat yang diakui global. Seperti ditegaskan Dr. Chaidir, “Jamu bukan sekadar warisan, melainkan masa depan kesehatan berbasis kearifan lokal yang disinergikan dengan sains.”
