“Dari Sampah Jadi Sayur, dari Siswa Jadi Petani! Peko Pesay Bikin Sekolah Mantingan Makin ‘Hijau’”

SMPN 1 Mantingan, Kabupaten Ngawi, berhasil mengolah sampah jadi solusi melalui inovasi ramah lingkungan bernama Peko Pesay—singkatan dari Pembuatan Kompos dan Penanaman Sayuran. Inovasi ini menggabungkan pendidikan lingkungan dengan praktik pertanian sederhana yang aplikatif. Tak hanya membuat sekolah menjadi lebih hijau, Peko Pesay juga menjadi media pembelajaran kontekstual yang menanamkan kesadaran ekologis kepada siswa sejak dini. Program ini mendorong siswa untuk tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga dari tanah, daun, dan sisa dapur—semua bisa jadi sumber ilmu dan kehidupan.

Kegiatan dimulai dari pengolahan sampah organik, seperti daun kering dan sisa makanan, yang diolah menjadi kompos menggunakan metode sederhana dan mudah diterapkan. Kompos tersebut kemudian digunakan untuk menyuburkan lahan kebun sekolah, tempat siswa menanam aneka sayuran seperti bayam, kangkung, dan cabai. Proses ini dilakukan secara gotong royong, dari mulai memilah sampah, mencampur bahan kompos, hingga memanen sayur bersama. Dari sini, siswa belajar tentang daur ulang, nutrisi tanaman, hingga pentingnya menjaga lingkungan secara praktis dan menyenangkan.

Peko Pesay tak hanya berdampak pada lingkungan sekolah, tapi juga pada karakter siswa. Melalui program ini, siswa dilatih untuk bertanggung jawab, bekerja sama, serta berpikir kreatif dan solutif dalam menghadapi persoalan lingkungan. Guru pun merasakan manfaatnya karena materi IPA, PPKn, hingga Prakarya bisa langsung dihubungkan dengan kegiatan nyata di lapangan. Program ini juga sejalan dengan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila dan mendukung visi Kabupaten Ngawi dalam mencetak generasi muda yang peduli, mandiri, dan berwawasan keberlanjutan.

Bappeda Kabupaten Ngawi turut mendorong keberlanjutan program ini sebagai contoh inspiratif yang layak direplikasi oleh sekolah lain. Melalui kolaborasi antara sekolah, siswa, guru, dan masyarakat sekitar, Peko Pesay menjadi bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari kompos kecil. SMPN 1 Mantingan telah membuktikan bahwa pertanian dan pendidikan bisa berjalan beriringan—menghasilkan panen bukan hanya berupa sayur, tapi juga karakter unggul dan semangat hijau yang tumbuh dalam diri generasi masa depan.

Scroll to Top