Di Kabupaten Ngawi, upaya percepatan penurunan stunting kini tak lagi dilakukan secara sektoral dan terpisah. Hadirlah inovasi GERDU PENTING (Gerakan Terpadu Pencegahan Stunting), sebuah model sinergi lintas program dan lintas sektor yang memadukan pelatihan, edukasi, hingga aksi nyata di tingkat desa. Inisiatif ini muncul dari pelatihan terpadu Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang diikuti oleh kepala desa, ketua TP PKK, bidan, dan kader KB dari berbagai wilayah. Pelatihan ini tak hanya menyampaikan Perpres No. 72 Tahun 2021, tetapi juga memperkuat pemahaman tentang penyebab dan solusi stunting berbasis lokal.
Bappeda Kabupaten Ngawi melalui Inspektorat menilai GERDU PENTING sebagai salah satu inovasi daerah yang paling menjanjikan. Sebab, gerakan ini tidak hanya berhenti di ruang pelatihan, tetapi langsung diterapkan dalam berbagai aksi nyata di desa. Contohnya, program SRI SRENI (Satu Hari Satu Protein Hewani) di Desa Karangasri yang berhasil menurunkan jumlah balita stunting secara signifikan. Dengan pendekatan sederhana namun konsisten, balita diberi asupan protein harian selama enam bulan—hasilnya pun terasa nyata.
Di Desa Randusongo, Kecamatan Gerih, model penanganan stunting bahkan sudah dimulai sejak masa kehamilan. Melalui pendampingan menyeluruh, edukasi gizi, dan pemantauan tumbuh kembang anak, desa ini menunjukkan bagaimana sinergi antara tenaga kesehatan, keluarga, dan masyarakat dapat menghasilkan dampak positif. Akses air bersih, sanitasi layak, imunisasi, dan pemberian ASI eksklusif menjadi komponen penting dalam upaya tersebut.
GERDU PENTING tidak hanya menjadi gerakan, tapi juga bisa menjadi strategi unggulan dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) penurunan stunting. Dengan memadukan kebijakan, pelatihan, dan inovasi lokal, program ini layak dijadikan role model. Harapannya, seluruh desa di Ngawi bisa ikut “ribut bersama”—bukan ribut yang sia-sia, tapi ribut yang penting: ribut melawan stunting demi masa depan anak-anak Ngawi yang lebih sehat, kuat, dan cerdas!