Dari Budidaya Tradisional ke Wisata Edukatif
Desa Danguk, Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi, mencuri perhatian lewat inovasi SABU DESA (Satu Budidaya dengan Sapaan Wisata Ikan Air Tawar). Program ini menyatukan perikanan, pariwisata, edukasi, dan ekonomi kreatif dalam satu ekosistem produktif. Desa yang dulu hanya mengandalkan budidaya ikan tradisional kini berubah menjadi destinasi wisata edukatif yang meningkatkan potensi lokal sekaligus kesejahteraan masyarakat.

Tantangan utama yang dihadapi warga adalah rendahnya nilai tambah produk perikanan dan terbatasnya peluang ekonomi kreatif. Padahal, Danguk memiliki sumber daya air dan lahan yang melimpah. SABU menjawab kebutuhan itu dengan menghadirkan kawasan wisata edukasi. Fasilitasnya meliputi kolam budidaya, gazebo belajar, jalur wisata, area kuliner, dan homestay sederhana. Warga juga belajar mengolah hasil ikan menjadi abon lele, nugget, dan keripik kulit yang kini menjadi oleh-oleh khas desa.
Dampak Nyata bagi Ekonomi dan Identitas Desa
SABU tidak hanya menambah penghasilan, tetapi juga menciptakan ekosistem ekonomi kolaboratif. Pemuda menjadi pemandu wisata dan penggerak usaha digital. Ibu-ibu PKK mengolah produk kuliner. Kelompok tani ikan mengelola kolam dan menghidupkan wisata desa. Branding “SABU Desa Danguk – Satu Budidaya, Seribu Sapaan Wisata” memperkuat identitas desa sebagai destinasi unik yang memadukan rekreasi, edukasi, dan pemberdayaan ekonomi.
Hasilnya nyata. Produksi ikan naik hingga 40%. Wisatawan bertambah setiap bulan. Lapangan kerja baru pun tercipta. SABU juga menjadi sarana edukasi lingkungan untuk anak sekolah sekaligus inspirasi bagi desa lain di Ngawi. Pemerintah daerah mendukung program ini dan menjadikannya model inovasi berbasis perikanan. Ke depan, desa berencana menambah layanan tur virtual, terapi ikan, dan festival kuliner. SABU membuktikan bahwa dengan menggali potensi lokal dan gotong royong, desa bisa tumbuh menjadi pusat edukasi, ekonomi, sekaligus kebanggaan masyarakat.
