Ngawi kembali menghadirkan gebrakan unik dalam dunia kesehatan masyarakat. Lewat inovasi “Jus Jambu Merah” (Jumantik Sekolah Basmi Nyamuk Demam Berdarah), Puskesmas Teguhan dengan dukungan penuh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Ngawi berhasil meramu cara sederhana namun ampuh untuk melibatkan anak-anak sekolah dalam mencegah penyebaran Demam Berdarah (DBD). Nama program yang terdengar segar ini, ternyata menyimpan makna penting: menguatkan peran generasi muda sebagai agen perubahan di lingkungannya.

Program ini lahir dari keprihatinan terhadap tingginya angka DBD, di mana lebih dari 60% kasus justru menimpa anak sekolah. Melalui “Jus Jambu Merah”, siswa dilatih menjadi jumantik cilik—memantau, mendeteksi, hingga membersihkan sarang nyamuk di sekolah maupun rumah. Mereka juga dibekali poster edukasi, kegiatan rutin pemeriksaan jentik, dan pendampingan tenaga kesehatan. Edukasi ini bukan hanya menambah wawasan, tetapi juga menumbuhkan kepedulian sejak dini terhadap perilaku hidup bersih dan sehat.
Tak berhenti di situ, keberhasilan “Jus Jambu Merah” juga ditopang oleh kerja sama lintas sektor. Guru, orang tua, tenaga kesehatan, hingga perangkat desa turut ambil bagian. Dukungan Bappeda Ngawi menjadi katalis penting agar program ini terintegrasi dalam perencanaan daerah, serta berkesempatan direplikasi ke wilayah lain. Hasilnya mulai terlihat: angka kasus DBD berangsur menurun, kesadaran lingkungan meningkat, dan anak-anak tumbuh menjadi pionir kesehatan di lingkungannya.

Dengan semangat kolaborasi, “Jus Jambu Merah” bukan hanya inovasi kesehatan, melainkan gerakan sosial yang menyenangkan. Nama boleh terdengar segar seperti minuman, tapi manfaatnya nyata: menekan nyamuk pembawa penyakit sekaligus menjaga generasi muda tetap sehat. Ngawi membuktikan bahwa solusi besar bisa dimulai dari langkah kecil di sekolah.