Di era serba digital ini, ketika jempol lebih sering menari di layar ketimbang membalik halaman buku, SMPN 2 Kedunggalar justru melawan arus lewat sebuah inovasi literasi yang tak biasa. Program ini bernama Gerlinda—singkatan dari Gerakan Literasi Anak—sebuah inisiatif kreatif yang digagas oleh guru dan siswa untuk menghidupkan budaya baca di sekolah dengan cara yang seru, interaktif, dan kontekstual. Dengan semangat “membaca itu asyik”, Gerlinda bukan sekadar gerakan membaca, tetapi juga sarana mengasah logika, imajinasi, dan keberanian berpendapat.

Program Gerlinda memiliki tiga jurus andalan: Klub Buku Siswa, Festival Literasi Tahunan, dan Literasi Digital. Di Klub Buku, siswa membaca buku pilihan mereka lalu mendiskusikannya secara kelompok, mendorong kemampuan berpikir kritis. Festival Literasi menghadirkan lomba menulis dan storytelling yang bikin panggung sekolah penuh tepuk tangan dan cerita. Sementara itu, Literasi Digital melatih anak-anak untuk melek teknologi sekaligus mampu memilah informasi yang sehat dari semesta digital. Dengan pendekatan ini, literasi menjadi hal yang menyenangkan, bukan tugas yang membebani.

Animo siswa dan orang tua pun melambung tinggi. Rina, siswi kelas VIII, mengaku jadi lebih suka membaca dan percaya diri berdiskusi. “Gerlinda bikin aku ketagihan baca cerita inspiratif dan ngobrol soal buku,” ujarnya. Orang tua pun menyambut hangat. Seorang wali murid, Ibu Lestari, menyatakan bahwa anaknya kini lebih aktif membaca dan terbuka berdiskusi di rumah. Ini membuktikan bahwa Gerlinda mampu menjembatani literasi dari sekolah ke rumah, dari aktivitas akademis ke pembentukan karakter.
Dengan Gerlinda, SMPN 2 Kedunggalar tak hanya mencetak pembaca yang rajin, tapi juga pemikir masa depan yang berkarakter. Program ini mendorong lahirnya generasi yang percaya diri, kolaboratif, dan kreatif lewat kegiatan literasi yang dikemas modern. Bappeda Kabupaten Ngawi pun mendukung penuh inovasi ini sebagai salah satu model pendidikan literasi berbasis karakter yang layak ditiru. Karena ternyata, masa depan cerah bisa dimulai dari halaman pertama sebuah buku—asal dibacanya dengan hati dan penuh rasa ingin tahu.