“Mojo-Mojo Jadi Senjata! LIMOSIDA: Jurus Rahasia SMPN 2 Jogorogo Usir Hama Tanpa Drama”

SMP Negeri 2 Jogorogo kembali menunjukkan tajinya sebagai sekolah yang peduli lingkungan dengan meluncurkan inovasi keren bernama LIMOSIDA—singkatan dari Limbah Mojo untuk Pestisida. Program ini memanfaatkan limbah tanaman mojo, seperti daun dan batang yang biasanya terbuang, untuk dijadikan pestisida alami yang aman bagi tanaman dan ramah bagi bumi. Inovasi ini lahir dari keinginan sekolah untuk menanamkan kesadaran ekologis kepada siswa melalui praktik nyata, sekaligus memperkuat prestasi Adiwiyata yang telah diraih sekolah tersebut. Siapa sangka, tanaman liar yang sering dianggap tak berguna justru bisa jadi solusi pertanian berkelanjutan!

Melalui LIMOSIDA, siswa tidak hanya belajar teori lingkungan, tetapi juga langsung terjun membuat pestisida sendiri dari bahan-bahan alami. Prosesnya melibatkan fermentasi limbah mojo bersama bahan tambahan organik lainnya. Hasilnya adalah cairan anti-hama yang efektif, murah, dan tidak menimbulkan efek samping bagi tanah atau tanaman. Proyek ini menjadikan siswa sebagai ilmuwan kecil yang belajar mencampur, mengamati, dan menerapkan hasilnya di kebun sekolah. Tak hanya bermanfaat bagi pertanian sekolah, kegiatan ini juga menjadi wahana eksplorasi ilmiah yang menyenangkan dan membumi.

LIMOSIDA sejalan dengan visi besar Kabupaten Ngawi untuk mencetak generasi muda yang cakap dalam hal lingkungan dan pertanian berkelanjutan. Setiap tahap program, mulai dari pengumpulan limbah mojo, pengolahan, hingga penyemprotan pada tanaman, melibatkan siswa secara aktif. Dengan pendekatan ini, karakter siswa dibentuk melalui kebiasaan baik—tanggung jawab, inovasi, dan kepedulian lingkungan. Guru pun mendapat media pembelajaran kontekstual yang memperkaya pengalaman belajar siswa di luar kelas, menjadikan pendidikan lebih hidup dan relevan dengan tantangan zaman.

Dampak positif dari LIMOSIDA kini mulai dirasakan tak hanya oleh warga sekolah, tetapi juga menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain di Ngawi. Kolaborasi antara guru, siswa, dan lingkungan sekitar menciptakan ekosistem pembelajaran yang inklusif dan berorientasi masa depan. Bappeda Kabupaten Ngawi pun mendorong agar inovasi seperti ini terus dikembangkan dan direplikasi. Dengan semangat “dari limbah jadi berkah”, SMPN 2 Jogorogo membuktikan bahwa pendidikan hijau bisa dimulai dari hal sederhana dan dilakukan dengan penuh kreativitas. Mojo yang dulu tak dilirik, kini jadi bintang inovasi!

Scroll to Top