Dalam upaya mendukung peningkatan literasi dasar di Kabupaten Ngawi, SD Muhammadiyah 1 Ngawi menciptakan inovasi luar biasa bernama Klinik Baca, sebuah program pendampingan membaca yang dikembangkan secara intensif dan menyenangkan khusus untuk siswa kelas awal. Program ini lahir dari kepedulian sekolah terhadap kemampuan membaca sebagai fondasi utama pendidikan. Klinik Baca menjadi jawaban atas tantangan rendahnya literasi membaca di Indonesia berdasarkan hasil PISA dan Asesmen Nasional. Berbasis di Perpustakaan Ceria, Klinik Baca menjadi pusat literasi sekolah yang tak hanya serius, tapi juga seru!

Didampingi oleh fasilitator daerah literasi dan guru-guru kelas 1 dan 2, Klinik Baca hadir setiap Senin hingga Jumat, pagi sebelum pelajaran dan sore setelah pulang sekolah. Yang bikin beda, anak-anak diajak belajar membaca dengan cara yang super kreatif: pakai Tubokas (tutup botol bekas), Sukalas (suku kata dari gelas), big book, kartu huruf, dan cerita berjenjang. Metode multisensori digunakan untuk mengasah motorik halus serta merangsang visual dan audio anak, menjadikan pengalaman belajar membaca lebih hidup dan menyenangkan.
Klinik Baca ini sebenarnya bukan pemain baru. Sudah berjalan sejak 2019, program ini sempat membawa SD Muhammadiyah 1 Ngawi meraih juara 1 Lomba Budaya Mutu Perpustakaan tingkat nasional. Berangkat dari kemitraan dengan Pemerintah Singapura, inovasi ini semakin dikembangkan dan diformalisasi pada tahun 2024 sebagai bagian dari penguatan Kurikulum Merdeka dan implementasi Profil Pelajar Pancasila. SD Muhammadiyah 1 Ngawi juga melaksanakan asesmen literasi sejak awal pendaftaran murid baru, melalui observasi, wawancara, dan mapping permainan edukatif.

Bappeda Kabupaten Ngawi melalui Inspektorat memberikan apresiasi atas terobosan inspiratif ini. Klinik Baca menjadi contoh nyata bagaimana inovasi pendidikan bisa dirancang sesuai kebutuhan lokal namun berdampak luas. Program ini tidak hanya membantu siswa belajar membaca sesuai tahapnya, tapi juga meningkatkan minat baca, percaya diri, serta kualitas pembelajaran secara keseluruhan. Semoga Klinik Baca bisa menjadi model replikasi bagi sekolah-sekolah lain di Ngawi maupun daerah lain di Indonesia!