SMPN 3 Widodaren, Kabupaten Ngawi, menghadirkan inovasi keren bernama BATAS KETAPANG atau Belajar Tanam Sayur untuk Ketahanan Pangan. Program ini mengubah lahan sekolah menjadi kebun edukatif, tempat para siswa belajar langsung cara menanam, merawat, hingga memanen sayuran. Mulai dari kangkung, bayam, sawi, hingga tomat, semua menjadi bagian dari proses pembelajaran berbasis proyek yang tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga melatih kerja sama, tanggung jawab, dan kemandirian siswa.

Lebih dari sekadar kegiatan bercocok tanam, BATAS KETAPANG berhasil menanamkan kesadaran pentingnya ketahanan pangan sejak usia sekolah. Para siswa tidak hanya diajarkan teori di kelas, tetapi juga praktik nyata di lapangan. Mereka belajar menyemai, merawat tanaman, mencatat perkembangan, hingga melakukan panen bersama. Hasil panen pun bisa dimanfaatkan untuk kantin sehat sekolah atau dibagikan kepada warga sekolah sebagai bentuk berbagi sekaligus edukasi gizi.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Ngawi mendukung penuh lahirnya inovasi-inovasi seperti BATAS KETAPANG. Menurut Bappeda, program ini sejalan dengan upaya meningkatkan kualitas pendidikan, memperkuat ketahanan pangan lokal, sekaligus mengajarkan gaya hidup sehat dan berkelanjutan. Dukungan ini membuktikan bahwa inovasi sekolah dapat memberikan dampak luas, bukan hanya bagi siswa, tetapi juga masyarakat sekitar.

Inovasi BATAS KETAPANG adalah contoh nyata bagaimana belajar bisa dibuat seru, kontekstual, dan penuh manfaat. Dari kebun kecil di sekolah, lahir kesadaran besar tentang pentingnya pangan sehat, cinta lingkungan, dan semangat gotong royong. Dengan cara ini, sekolah di Ngawi tak hanya mencetak siswa cerdas di kelas, tapi juga generasi yang siap menjaga bumi sekaligus menjaga perut tetap kenyang dengan sayur segar hasil tangan sendiri.