Ngawi, 26 Januari 2024 – Perubahan perilaku petani dalam budidaya padi dari konvensional dengan penggunaan penuh pupuk dan pestisida kimia menuju pertanian ramah lingkungan merupakan langkah progresif dalam menjaga keseimbangan ekosistem pertanian. Dengan beralih menggunakan pupuk dan pestisida hayati buatan sendiri, petani tidak hanya berpotensi mengurangi biaya produksi, tetapi juga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Pupuk dan pestisida hayati buatan sendiri umumnya lebih ramah lingkungan karena menggunakan bahan-bahan organik dan mikroba yang mendukung keberlanjutan tanah. Selain itu, penggunaan pupuk hayati juga dapat meningkatkan kualitas tanah serta produktivitas tanaman dalam jangka panjang.
Perilaku pertanian ramah lingkungan ini tidak hanya bergantung pada teknologi tetapi juga melibatkan perubahan paradigma dan pendekatan dalam budidaya tanaman. Petani perlu belajar dan mengadaptasi praktik-praktik baru yang lebih berkelanjutan serta mengembangkan keahlian dalam menghasilkan pupuk dan pestisida hayati. Pemerintah dan lembaga terkait juga dapat memberikan dukungan berupa pendidikan, pelatihan, dan akses kepada teknologi tepat guna agar peralihan ini dapat berlangsung secara efektif dan berkelanjutan. Dengan demikian, perubahan ini tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi juga membawa dampak positif dalam menjaga kelestarian lingkungan dan kualitas hidup petani serta masyarakat sekitar.