SMP Negeri 1 Karangjati berhasil mencuri perhatian dengan program inovatif bertajuk Bossakti (Bank Organik Sampah Kompos Aktif). Inovasi ini lahir sebagai bagian dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam kurikulum merdeka dengan tema “Gaya Hidup Berkelanjutan”. Bossakti bukan sekadar program pengelolaan sampah, melainkan sebuah gerakan sekolah yang menggabungkan edukasi lingkungan, praktik ekonomi sirkular, dan pembentukan karakter siswa. Melalui Bossakti, para siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pengolahan sampah organik menjadi kompos yang bernilai jual, sekaligus menjadi agen perubahan di lingkungan mereka.
Dengan semangat gotong royong, setiap siswa berkontribusi mengelola sampah organik dari kantin dan lingkungan sekolah, seperti daun kering, ranting, serta sisa makanan. Limbah tersebut kemudian diproses menjadi kompos menggunakan larutan EM4 dan gula sebelum difermentasi dalam drum khusus. Kompos yang dihasilkan kemudian dikemas dan dijual ke warga sekitar, guru, hingga komunitas tani lokal. Hasil penjualannya dikelola oleh tim pengurus Bossakti dan digunakan untuk pembelian alat, pelatihan, serta pengembangan program. Inisiatif ini bukan hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga mengajarkan pentingnya prinsip keberlanjutan dan pengelolaan lingkungan secara mandiri kepada siswa sejak dini.\
Salah satu aspek menarik dari Bossakti adalah skema “tabungan kompos”, di mana setiap kelas mendapatkan saldo berdasarkan jumlah kompos yang mereka hasilkan. Hal ini menumbuhkan semangat kompetitif yang sehat, membangun tanggung jawab kolektif, serta mempererat kerja sama antar siswa. Para guru juga aktif mendampingi baik dalam teknis maupun administrasi keuangan, menjadikan Bossakti sebagai “laboratorium hidup” untuk membentuk karakter pelajar yang beriman, mandiri, kritis, dan kolaboratif. Tak heran jika Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi mengapresiasi Bossakti sebagai contoh konkret inovasi sekolah yang berdampak langsung pada lingkungan dan masyarakat.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Ngawi pun memberi dukungan terhadap inovasi semacam ini, yang selaras dengan visi pembangunan berkelanjutan daerah. Bahkan beberapa sekolah di sekitar Karangjati telah melakukan studi banding untuk mengadopsi konsep Bossakti. SMPN 1 Karangjati tidak berhenti sampai di situ; mereka tengah menyiapkan platform digital sederhana untuk pelaporan hasil kompos, pelatihan warga desa, hingga kerja sama jangka panjang dengan kelompok tani. Inovasi ini membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil di sekolah, dengan semangat kreatif, konsisten, dan pastinya—kompos yang keren!