Tahun ini, rencana pembangunan Tol Ngarobat yang menghubungkan Ngawi, Bojonegoro, dan Babat masih terkatung-katung. Berbagai kemungkinan masih menghalangi pelaksanaannya, terutama terkait perubahan trase Tol Ngarobat yang melewati wilayah Ngawi, yang dikenal sebagai Bumi Orek-orek.
Menurut Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeda) Ngawi, Indah Kusuma Wardhani, ada dua opsi trase yang sedang dipertimbangkan. Opsi pertama melintasi delapan desa di tiga kecamatan dengan panjang sekitar 15,5 kilometer. Namun, dampaknya terhadap lahan pertanian yang perlu dilindungi menjadi perhatian utama.
Namun, ada juga opsi trase alternatif yang lebih sulit karena melibatkan dua kali penyeberangan Sungai Bengawan Solo. Meskipun demikian, trase alternatif ini hanya melintasi lima desa di tiga kecamatan, namun jarak tempuhnya dua kali lipat lebih panjang dari trase pertama.
Perencanaan proyek Tol Ngarobat telah mengalami stagnasi sepanjang tahun 2024, terutama karena faktor politik. Namun, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tetap memegang kendali atas proyek ini, dengan perencanaan untuk melanjutkannya pada tahun berikutnya.
Penting untuk dicatat bahwa Tol Ngarobat akan dikembangkan dengan sistem kerjasama pemerintah dengan badan usaha (KPBU). Saat ini, persiapan dokumen pra kualifikasi dan penandatanganan perjanjian KPBU masih berlangsung.
Sejauh ini, belum ada keputusan final terkait trase yang akan digunakan. Meskipun begitu, proyek ini tetap menjadi fokus pembicaraan di Ngawi dan sekitarnya, dengan harapan bahwa pelaksanaannya akan segera direalisasikan untuk meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas wilayah tersebut.