Ngawi, 6 Desember 2023 – Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kabupaten Ngawi mengikuti Zoom Meeting Koordinasi Pengendalian Inflasi antara Pemerintah Pusat dan daerah. Dalam rapat tersebut, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi untuk bulan November 2023, yang mencapai 2,86% secara tahunan (year-on-year/yoy) .

Meskipun inflasi Indonesia mengalami peningkatan dalam 3 bulan terakhir, tingkat inflasi Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan negara lain dan dapat dikendalikan dengan baik. Namun, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan adanya peningkatan inflasi di Indonesia pada bulan November 2023 .

Pada bulan Oktober 2023, terjadi inflasi year-on-year sebesar 2,56% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 115,64. Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 5,43% dengan IHK sebesar 120,87 dan terendah terjadi di Jayapura sebesar 1,43% dengan IHK sebesar 112,88 .Menurut BPS, tingkat inflasi tahunan komponen inti November 2023 sebesar 1,87%; inflasi mtm sebesar 0,12%; dan inflasi ytd sebesar 1,65%. Inflasi tahunan, kata BPS, terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran, termasuk kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami kenaikan sebesar 6,71% .

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan inflasi pada November 2023 akan mencapai 2,71% secara tahunan (year-on-year/yoy). Sementara secara bulanan, inflasi diperkirakan sebesar 0,24% (month-to-month/mtm). Peningkatan ini terkait base tahun lalu dan masih terdampak dari harga pangan yang sedikit meningkat di November 2023. Sejalan dengan inflasi umum, Faiz mengatakan inflasi inti pada November 2023 juga diperkirakan meningkat ke 2,1% secara tahunan. Peningkatan tersebut terkait dengan persiapan Natal dan Tahun Baru .

Kepala BPS juga menjelaskan bahwa di tengah perekonomian global yang tidak menentu, terdapat fenomena dual disinflation yang menyebabkan penurunan inflasi di berbagai negara cenderung akan turun secara lambat karena masih adanya tekanan inflasi dari beberapa komoditas di pasar global. Pemulihan ekonomi global juga akan terjadi secara divergen, di mana pertumbuhan ekonomi di berbagai negara akan berbeda-beda dan mengakibatkan terjadinya gap pemulihan ekonomi di antara negara-negara tersebut.

Selain itu, Amerika Serikat akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam waktu yang agak lama, yang dikenal dengan nama “air koron”, dan ini dapat menyebabkan tekanan dari nilai tukar atau depresiasi nilai tukar di berbagai negara di luar Amerika, termasuk Indonesia. Depresiasi dari nilai tukar juga dapat ditransmisikan ke dalam tekanan inflasi di berbagai negara, termasuk Indonesia .

Oleh karena itu dalam rangka mengendalikan inflasi, pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah-langkah yang tepat dan terukur, seperti mengoptimalkan produksi komoditas dalam negeri dan melakukan intervensi terhadap impor barang-barang yang menjadi penyebab Inflasi .

Scroll to Top